BAB II
HASIL OBSERVASI
(Hubungan Jepang –
Indonesia Di Era Presien Soeharto Tahun 1968-1998)
A.
Pelantikan
Presiden Soeharto
Pada bulan maret 1967 MPR mencbut seluruh kekuasaan Presiden Soekarno dan mengangakt
Soeharto sebagai pejabat presiden. Dengan demikian berakhirlah dualisme
kepemimpinan Soekarno dan Soeharto yang telah berlanjut sejak meletusya
peristiwa September 1965. Soeharto dijadikan pimpinan, lahira pemerintahan yang
mementingkan urusan dalam negeri dengan pioritas pembangunan sistem pemerintahan
baru berdasarkan demokrasi pancasila, pembangunan kembali perekonomian dan
stabilitas kehidupan rakyat. Di bawh kepemimpinan Presiden Soeharto, kondisi
perekonomian membaik secara menyeluru. Hal ini sejak semula merupakan hasil
usaha swadaya pemerintah indonesia. tetapi mengenai hubungan bidang luar negeri
dapat dikemukakan beberapa hal yaitu :
a.
menjaga keuangan negara yang
seimbang di bawah rekomendasi Internationa
Monetery Fund (IMF)
b.
Bantuan Pembayaran utang dari Inter-
Governmental Group on Indonesia (IGGI) dan bantuan ekonomi baru yang
dipergunakan dengan efektif.
c.
Terbukaya pntu terhadap investasi
luar negeri, dan sebagainya.
B. Timbulya Krisis Minyak
Dengan adaya krisis minyak yang timbul akibat
perang timur tengah ke-4 pada bulan Oktober 1973, seluruh dunia kena dampak
serius dari oil shock. pada saat krisis minyak, Jepang terjadi kepanikan sesaat
sampai menimbulkan kertas tissue dan gejala kekacauan harga barang-barang.
Jepang mengimpr minyak mentah teruama dari Timur Tengah, negara-negara teluk
dan Indonesia. oleh karena itu, pengurangan suplai minyak mentah oleh
negara-negara Arab penghasil minyak bagi Jepang adalah persoalan hidup mati.
Untunglah Jepang merupakan 'negara sahabat' oleh
Organization of Arab Petroleum Exporting Countries (OAPEC) dengan demikian
pengurangan suplai terhadap jepang dapat dibatalkan sehingga untuk sementara
krisis minyak mentah dapat dihindari.
Pada saat itu konsumsi minyak mentah Jepang adalah 289 juta
kilo liter per tahun, dimana 99,7% di antaraya diimpor dari luar negeri.
Negara-negara pengekspor adalah Timur Tengah, negara-negara teluk dan
lain-lain, Indonesia (13,9%) menduduki peringkat ke 3 dunia setelah Iran dan
Arab Saudi.
C. Ekspansi Perusahaan Jepang dan
Kritik Terhadap Jepang.
Sebelum
kunjunga PM Tanaka ke Indonesia,
Perusahaan Jepang dan orang jepang dikritik dengan keras, misalya "agresi
ekonomi jepang" perampas suberdaya
alam oleh jepang, neo-imperialisme Jepang mengncam industri lokal dan modal
rakyat dengan bekerjasama dengan pengusaha keturunan cina, menejemen perburuhan
yang tidak adil terhadap orang Indonesia, tidak mengalihkan teknologi dan
pengetahuan pengelolaan usaha, "orang jepang yang bertingkah laku sombong
di tempat-tempat umum dan sebagaiya.
kritik
dan ketidakpuasaan ini bermula dari faktor yang bersifat ekonomi misalya
perdagangan dengan Jepang, investasi dari jepang, bantuan pembangunan dan
lain-lain serta didsarkan faktor-faktor penyebab diluar ekonomi misalya cara
pandang terhadap negara Jepang dan orang Jepang, tingkah laku dan perkataan
orang jepang, turis Jepang diluar negeri dan sebagaiya.
D.
Faktor
Penyebab yang Bersifat Ekonomi dan Ketidakpuasan terhadap Jepang
Pertmbuhan
yang pesat berlanjut di Jepang sejak paruh awal tahun 1960-an. Surpuls neraca
yang bertambah besar, pertumbuhan cadangan devisa dan sebagaiya, penyebab
pemerintah jepang mengambil tindakan liberalisasi investasi luar negeri sejak
akhir tahun 1960-an. Kemudian, Industri dengan cepat berada pada kencedrungan
exspansi ke luar negeri dengan adaya factor-faktor yang kompleks sifatya yaitu
faktor daam negeri dimana terjadi kenaikan upah yang tinggi
E. Kujungan Perdana Mentri Tanaka ke
Indonesia dan Kerusuhan Anti Jepang
1.
Situasi Internasional Menjelang
kunjungan
Perdana Mentri Kakuei Tanaka
berkunjung ke 5 negara Asia Tenggaa pada awal januari 1974 yaitu ke Filipina,
Thailand, Singapura, malaysia dan
Indonesia. Negara-negara Asia Tenggara sejak lama telah memiliki hubngan dengan
Jepang dan di masa tersebut memiliki hubungan yang sangat erat baik dibidang
politik maupun ekonomi, perdaa mentri Jepang sebelumya pun, misalya Nabusuke
Kish, Hayato Ikeda dan Eisaku sato telah berkunjung ke negara-negara Asia
Tenggara.
2.
Timbulnya Krisis Minyak
3.
Ekspansi Perusahaan Jepang dan Kritik
Terhadap Jepang
4.
Faktor Penyebab yang Bersifat Ekonomi
dan Ketidakpuasan Terhadap Jepang
5.
Aktivitas Masyarakat Jepang Setelah
Kerusuhan Anti Jepang
Perusahan
Jepang berusaha mengembalikan keuntungan kepada masyarakat setempat dalam
berbagai bentuk pertukaran budaya seperti tari Bali, lagu-lagu Indonesia,
wayang, batik, film dan lain-lain pun banyak berkembang. Misalnya diantara
warga Jepang yang tinggal di Jakarta terbentuk “lagu-lagu Kai” yang dimulai
dari pemikiran untuk memahami lebih dari hati orang Indonesia dan kebudayaan
dan menyanyikan lagu-lagu Indonesia.
Pada akhir
tahun1991 dibentuklah asosiasi “asosiasi beasiswa Jepang” untuk Indonesia.
Berpusat pada Jakarta Japan Club, telah dimulai rencana 20 tahun pemberian
beasiswa bagi 10.000 siswa Indonesia. Untuk mahasiswa setiap bulan diberikan
50.000 rupiah angka untuk siswa SMA 25.000 rupiah (kurs tukar saat itu pada
awal tahun 1992 US$ 1 = Rp 1.983,-).
6.
Perubahan Situasi di Indonesia dan
Perubahan Sikap Terhadap Jepang
Pada saat
usaha-usaha ini mulai mencapai keberhasilan, terjadi perubahan situasi politik
di Asia Tenggara dan sikap masyarakat maupun pemerintah Indonesia terhadap
modal asing berubah banyak.
Perubahan
situasi politik ini adalah tercapainya perjanjian damai Vietnam pada bulan
Januari 1973, penarikan mundur tentara Amerika Serikat dari Vietnam Selatan.
Mengadapi perkembangan situasi seperti di atas negara-negara Asia Tenggara mau
tidak mau harus mewaspadai ekspansi kekuatan komunis di Indonesia.
Dengan
perubahan drastic situasi Indocina, pada bulan Februari 1976 5 negara yaitu
Idonesia, Thailan, Filipina, Malaysia dan Singapura menyelenggarakan konferensi
tingkat tinggi asosiation of south esat
asian nations (ASEAN) di Bali di bawah pimpinan presiden Soeharto,
masing-masing negara mulai secara aktif mengundang model asing, maka sikap terhadap
Jepang pun berubah.
F. Masalah Timor Timur dan Jepang
1.
Meletusnya Pemberontakan
Pada bulan
April tahun 1974 terjadi kudeta militer di Portugal, pemerintah dictator
militer runtuh, lahirlah pemerintahan sosialis. Pemerintahan baru menetapkan
kebijakan non-kolonialisme yang meneytujui pelaksanaan penentuan nasib sendiri
di daerah territorial luar negeri seperti jajahan Portugal di Afrika, Monako,
Timor Timur dan sebagainya. Secara sepihak menarik diri, akibatnya Timor Timur
disetujui untuk memilih berdasarkan referendum apakah akan bersatu dengan
Portugal dan menjadi wilayah otonom, merdeka sepenuhnya, atau berintegrasi
dengan Indonesia. Sejalan dengan perkembangan situasi ini berdiri beberapa
partai politik yang menuntut kemerdekaan Timor Timur secepatnya dan
berintegrasi dengan Indonesia.
2.
Pembahasan di Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB)
Masalah
Timor Timur saat itu di ajukan ke siding umum
PBB yang sedang berlangsung. Wakil delegasi Portugal menyatakan bahwa:
a.
Tidak mengakui baik proklamasi
kemerdekaan secara sepihak oleh Fredtilin maupun deklarasi integrasi dengan
Indonesia oleh partai politik pro Indonesia.
b.
Menentang intervensi kekuatan
militer Indonesia dan menuntut penarikan pasukan dengan segera.
c.
Mengharapkan usaha PBB untuk
menyelesaikan secara damai.
Wakil
delegasi Indonesia menyatakan bahwa :
a.
Tidak memiliki klaim territorial
terhadap Timor Timur.
b.
Menolak pernyataan bahwa Fredtilin
mewakili mayoritas rakyat Timor Timur.
c.
Mengharapkan pulihnya perdanaian dan
ketenangan di Timor Timur dan terlaksanakannya hak menentukan nasib sendiri
Wakil
delegasi Jepang menyatakan bahwa :
a.
Penyelesaian damai.
b.
Menentukan kedudukan politik Timor
Timur di masa depan berdasarkan pelaksanaan hak menentukan nasib sendiri.
Dalam
siding umum diambil keputusan suara terbanyak dengan fokus menghormati hak
menentukan nasib sendiri oleh rakyat Timor Timur, sangat menyesalkan intervensi
miloter pasukan Indonesia, menghentikan invansi teritori Timor Timur dan
penarikan mundur pasukan dengan segera.
0 comments:
Post a Comment