Segketa Laut China Selatan
China mendeklarasikan memiliki
bagian terbesar teritori Laut China Selatan, mencakup ratusan kilometer di
selatan dan timur Hainan, provinsi paling selatan negara itu. China mengklaim
berhak berdasarkan sejarah berusia dua ribu tahun yang menyatakan Paracel dan
Spratly sebagai bagian integral bangsa China. Pada tahun 1947 China menerbitkan
sebuah peta yang memerinci klaim wilayahnya, tentu saja menyertakan kedua
kepulauan tersebut.Taiwan, yang memiliki nama resmi Republik China, juga
mengklaim Paracel dan Spratly sebagai bagian teritorinya dengan alasan historis
yang sama.
Vietnam jelas menentang klaim
peta China tersebut. Vietnam berpendapat China tidak pernah menyatakan
kedaulatannya di kedua kepulauan tersebut sebelum tahun 1940-an. Sama seperti
China dan Taiwan, Vietnam bersikeras Paracel dan Spratly ada di teritorinya.
Vietnam menyatakan memiliki dokumen-dokumen yang membuktikan telah berkuasa di
Paracel dan Spratly sejak abad ke-17.
Filipina hanya menginginkan
Spratly. Yang kerap menjadi sengketa adalah Beting Scarborough, berjarak 160 km
dari pulau terluar Filipina dan sekitar 800 km dari daratan terdekat China. Filipina bersenjatakan Konvensi PBB tentang
Hukum Laut yang menetapkan zona ekonomi eksklusif tidak boleh melebihi 200 mil
laut (sekitar 321 km) dari garis pangkal pengukuran lebar laut teritorial. Sama-sama
memakai senjata Konvensi PBB tersebut, Malaysia dan Brunei Darussalam mengklaim
memiliki beberapa pulau kecil di gugus Spratly.
Militer Malaysia telah
menduduki tiga pulau kecil di gugus kepulauan tersebut, sedangkan Brunei
menyatakan memiliki bagian terselatan Spratly.
Penyebab
sengketa laut China Selatan
Alasan utama sengketa
perebutan wilayah Laut China Selatan adalah kandungan gas alam dan minyak
buminya. China menerbitkan estimasi tertinggi, menyatakan Paracel dan Spratly
mungkin mengandung 213 miliar barel minyak bumi. Angka ini sekitar tujuh kali
lipat perkiraan para peneliti Amerika Serikat. Gas alamnya pun melimpah.
Menurut Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat, Laut China Selatan
memiliki sekitar 25 triliun meter kubik gas alam, sama besar dengan cadangan
gas alam Qatar.
Belum lagi kekayaan ekosistem
perairannya. Selain itu, lebih dari 50 persen perdagangan dunia melewati Laut
China Selatan. Lokasinya pun strategis untuk pos pertahanan militer. Akhir
Februari lalu Filipina mengundang perusahaan-perusahaan asing untuk
berinvestasi melalui eksplorasi minyak bumi di lepas pantai Laut China Selatan.
Izin eksplorasi direncanakan diberikan kepada 15 blok, tiga di antaranya ada di
wilayah sengketa. China menyatakan tindakan Filipina tersebut ilegal karena
tanpa izin mereka.
Urusan tuduh-menuduh bukan hal
baru dalam sejarah sengketa Laut China Selatan. Tahun lalu Filipina menuduh
China masuk tanpa izin ke wilayah perairannya dan mencoba mengganggu sebuah
eksplorasi minyak bumi lepas pantai di dekat Pulau Palawan. Filipina juga
menuduh China mencoba membangun pertahanan militer di Spratly.
Vietnam juga pernah menuduh China mencoba menyabotase dua operasi eksplorasi
Vietnam. Tuduhan ini memicu protes anti-China di jalan-jalan di Hanoi dan Ho
Chi Minh.
0 comments:
Post a Comment